Arsip untuk Januari, 2012

Pengertian dan …


Pengertian dan Jenis Deskripsi

 

Pengertian Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata balk suatu Benda, tempat, peristiwa, suasana, perbuatan dan perilaku seseorang, maupun karakter dan aspek seseorang. Pemaparan dan penggambaran dapat diumpakan dengan ‘kerja kamera untuk memotret’ atau ‘kerja tape recorder untuk merekam’. Sebuah kamera akan memotret ‘objek’ yang tertangkap lenca, demikian juga tape recorder akan merekam “semua suara” yang terjangkau. Balk kamera maupun tape recorder tidak akan menambah, mengurangi, atau pun mengubah ‘objek yang menjadi sasaran’. Potret dan rekaman merupakan ‘duplikat’ dari realitas yang dibidik dan diinginkan. Tentu, kualitas gambar dan rekaman sangat beragam: tergantung kualitas alat yang digunakan dan pemakainya. Sama halnya dalam pemaparan atau penggambaran sangat bergantung pada kemampuan penulis atau pembicara. Jika penulis mempunyai pengamatan yang tajam dengan semua alat indranya: berkemampuan melihat, mendengar, merasakan, menghayati, memikirkan, dan merenungkan, pasti penggambaran atau pemaparannya akan berkualitas. Artinya, siapa pun yang membaca atau mendengar akan terbawa dalam situasi yang sebenarnya. Seolah pendengar atau pembaca berada dalam suasana, tempat, peristiwa, kejadian yang dipaparkan atau digambarkan.

Jenis Deskripsi :

Deskripsi ekspositoris adalah ragam pamaparan atau penggambaran secara logis. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa semua yang ada di dunia ini mempunyai “logika urut-urutan sendiri”. Kita amati contoh berikut ini :

a. Bila kita ingin mendeskripsikan kereta api, maka logika urutannya: dari depan (lokomotif) ke belakang (gerbong)
b. Bila kita ingin mendeskripsikan manusia, maka logika urutannya: dari atas (kepala) ke bawah (kaki)
Pasti, tidak mungkinlah logika urutan untuk manusia kita terapkan pada logika urutan untuk kereta api, atau sebaliknya. Berdasarkan ‘logika urut-urutan ‘ inilah kita mencoba memotret dan merekam objek yang akan kita tulis atau bicarakan. Pengembangan pengamatan atau observasi kita selalu menurut ruang karena dari saw ruang atau sisi kita beranjak ke ruang atau sisi lainnya. Demikian halnya bila kita ingin mendeskripsikan suatu proses, cara menanak nasi misalnya, kita pun dapat menggunakan ekspositoris. Mengapa? Setiap proses atau tahapan pun memiliki logika tuntutan sendiri. Tegasnya, ‘logika urut-urutan menanak nasi’ pasti berbeda dengan ‘logika urut-urutan membuat sayur lodeh’.

Deskripsi impresionis adalah ragam pemaparan yang didasarkan pada impresi (kesan atau perasaan) penulis terhadap peristiwa, kejadian, tempat, perbuatan, karakter. Bila dalam deskripsi ekspositoris ‘logika urut-urutan’ menjadi dasar penulisan, maka dasar penulisan dalam deskripsi impresionis adalah ‘kuat-lemahnya kesan’ terhadap objek tulisan atau pembicaraan. Kesan yang kuat pasti akan menghadirkan gambaran atau paparan yang mendalam, sebaliknya kesan yang lemah membawa konsekuensi penggambaran atau pemaparan sekilas atau selintas. Perhatikan contoh berikut ini :
Cermati dan bandingkan, kutipan mana yang didasarkan kesan yang kuat? Mengapa Anda memilih itu? Apakah Anda merasakan kekuatan kesan penulis?
Contoh dan Pelatihan

a. Bus kota di Jakarta banyak yang sudah reot, kebersihannya pun tidak terpelihara. Di lantai bus banyak berserakan segala macam sampah dan debu. Para penumpang selalu berjubel, dan mereka biasanya meludah seenaknya di lantai bus. Ada pula banyak tukang copet di dalam bus, dan mereka tidak pilih bulu. Lelaki, wanita, tua, muda, semua yang lengah pasti dicopet. Biasanya ada penjaja majalah, yang menawarkan majalah aneka warna, dengan harga murah, tetapi ternyata majalab yang mereka jual adalah terbitan tiga tahun yang lalu.

b. Ketika saya sedang menaiki bus kota kemarin, di pintu saya dihadang dua orang tukang copet. Mereka berpakaian perlente, salah-salah lihat seperti mahasiswa, karena membawa buku dan map-map. Ketika saya melewati mereka, mereka mencoba meraba saku saya, tapi saya cukup waspada. Seorang wanita yang naik di belakang saya tiba-tiba menjerit kehilangan dompet. Kedua ‘mahasiswa’ itu segera turun dan menghilang di antara kerumunan orang-orang di terminal.

Bentuk deskripsi sering digunakan untuk artikel-artikel Tuntunan, Informatif, Profit, atan Pariwisata. Kita dapat menemukan setiap saat balk melalui koran maupun majalah. Hanya, yang perlu kita cermati yang menjadi bahan tulisan deskripsi adalah fakta, dan bukan realitas. Itulah sebabnya, deskripsi dikategorikan sebagai hasil observasi dengan menggunakan semua alat indera.